3 Karakter Diri Untuk Survive di era MEA

https://i0.wp.com/islamstory.com/sites/default/files/Sulaiman-Al-Rajhi-FORBES.jpg
Pict: Sulaiman Ar Rajhi, Miliarder Muslim Yang Melarat [sumber]

Organisasi pada perkembangannya dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sedemikian komplek. Harapan peningkatan produktivitas, masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA), derasnya arus informasi, cepatnya laju pengetahuan dan tingginya kompetisi antar perusahaan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi beberapa faktor eksternal yang mewarnai situasi dan kondisi organisasi khususnya di Indonesia. Tercatat dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), jumlah TKA yang masuk ke Indonesia dalam kurun waktu 2014 sebesar 68.762 pekerja.[1] Ditambah lagi, bahwa menurut Human Development Index (HDI) tahun 2014 yang diterbitkan oleh PBB, Indonesia menepati posisi 110, jauh di bawah Malaysia yaitu pada posisi 62 dan Singapore pada posisi 11.[2]

Sekelumit realita tersebut sedikit banyak membuat angkatan kerja menjadi merinding. Tapi tenang, ada beberapa solusi yang dapat kamu terapkan untuk mempersiapkan masa depan kamu di dunia kerja atau juga untuk kamu yang akan menjadi entrepreneur. Berikut beberapa karakter yang sebaiknya kamu miliki:

Innovation Capability
Innovation capability, atau kemampuan berinovasi atau juga bisa diistilahkan kreatifitas adalah hal penting yang harus pertama kamu miliki di era kekinian ini. Inovasi, sebuah aktivitas yang berlaku di semua lini kegiatan ekonomi. Sekecil apapun inovasi yang kamu hasilkan akan dapat membantu dalam pekerjaanmu. Tasi, et., al., mengklasifikasikan inovasi setidaknya menjadi tiga bagian pokok; inovasi produk, inovasi proses, dan inovasi manajemen.[3] Bisnis biasa yang dulu kurang diminati dan sedikit menghasilkan profit, serta kurang bergengsi, kini dapat menjadi pekerjaan yang menjanjikan dan merubah perekonomian karena inovasi. Ojek atau taksi motor menjadi lebih diminati karena semakin mudah dan aman pemesanannya. Cuci mobil harus ke gerai mobil? Tidak lagi, kini di arena parker pun kamu dapat mencuci mobil, sekali lagi inovasi.

Knowledge
Tren ekonomi pada tahun 80an adalah perusahaan memiliki banyak asset berwujud, dan hanya sedikit asset tak berwujud (dalam hal ini pengetahuan). Pada tahun 1998 berbalik keadaan, sebagian besar asset perusahaan justru pada pengetahuan.[4] Darimana asalnya pengetahuan? Pengetahuan yang ada pada perusahaan bisa didapat dari banyak sumber, salah satunya adalah dari karyawan. Karyawan dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi tentu memiliki lebih banyak pengetahuan daripada yang mengenyam sedikit pendidikan. Tapi jangan khawatir, saat ini arus informasi sangat pesat dengan adanya internet, baik pengetahuan formal maupun informal bisa kamu dapat di internet, tentu dengan keuletan browsing dan membaca.

Etika
Dari beberapa karakter yang ada, karakter inilah yang paling penting dan diutamakan. Tahukah kamu, Nabi ﷺ diutus ke dunia ini salah satunya adalah untuk menyempurnakan akhlak/ etika (HR. Imam Bukhari No.273 dalam Adabul Mufrad). Korupsi, skandal hubungan gelap, kecurangan, buruknya pelayanan, dan sederet fakta minor di dunia kerja adalah karena rendahnya etika pada masing-masing individu di dalam kegiatan ekonomi. Apasih etika? Robbins menjelaskan bahwa etika berbicara mengenai benar dan salah.[5] Jauh-jauh hari Nabi ﷺ telah mengajarkan pada kita mengenai manakah yang benar dan mana yang salah, dan bagaimana seharusnya bersikap. Jadi jika memang mengaku Muslim, maka benar dan salah harus didasarkan pada apa Kata Allah (Al Quran) dan apa Kata Nabi (hadits), juga jangan heran jika banyak ulama berbicara halal-haram, bukan mendahului atau menyaingi Allah dan Rasul, tapi mereka menentukan halal haram dengan landasan yang kuat, Al Quran dan Hadits dengan metode salafush shalih (sahabat Nabi).

Dengan etika pula, kreatifitas dan pengetahuan menjadi terarah dan berkoridor untuk kebaikan. Bayangkan jika kreatifitas dan pengetahuan tidak dilandasi etika Islami? Kreatifitas dalam kejahatan, kreatifitas dalam agama Islam (padahal Islam telah sempurna), atau kreatifitas yang bertujuan untuk menjajah. Pengetahuan tanpa etika juga menjadi hal yang berbahaya, bayangkan jika pengetahuan korupsi terus dikembangkan?

Jadi? Mari buka lagi Al Quran dan Al Hadits ya, banyak kok yang berbicara mengenai etika.

Adib Rofiqi
——————–
References:
[1] Dony, “Jelang MEA, Indonesia Diserbu 68.762 Tenaga Kerja Asing”, Harian Terbit, http://www.harianterbit.com/m/ekonomi/read/2015/02/28/20793/31/21/Jelang-MEA-Indonesia-Diserbu-68.762-Tenaga-Kerja-Asing, diakses tanggal 16 April 2016.
[2] Selim Jahan, “Human Development Report 2015: Work for Human Development”, United Nations Development Programme, http://report.hdr.undp.org/, diakses tanggal 3 Mei 2016.
[3] S.-h. Liao, et. al., “Knowledge Sharing, Absorptive Capacity, and Innovation Capability: an Empirical Study of Taiwan’s Knowledge-Intensive Industries”, Journal of Information Science, Vol. 33 No. 3, (March, 2007), hlm. 348.
[4] Ibid., hlm. 37.
[5] Robbins and Judge, Organizational Behavior.

Leave a comment